Keluarga ku
Saya adalah anak ke 2 dari 3 bersaudara. Ayah saya bernama Ignatius Wijaya Hadi
dan ibu saya bernama Fransiska Marti Sasiwi. Saya tumbuh dari keluarga yang
sangat sederhana. Kedua
orang tua saya bekerja
sebagai guru
SMA. Semua pekerjaan dilakukan orang tua saya dengan senang hati dan cinta,
bahkan tidak pernah sekalipun saya dengar dari mulut mereka tentang mengeluh
dalam bekerja, yang saya rasakan hanyalah bagaimana mereka dengan semangat dalam
menjalani pekerjaan dan tanpa lelah agar kami anak-anaknya merasa bahagia. Ibu
saya yang pekerjaannya sebagai guru swasta, setiap pagi pergi ke sekolah dengan
mengendarai motor BMWnya (Bebek Merah Warna nya) itu yang sering aku dengar
ketika para murid-murid SMA memberi plesetan itu kepada ibu saya namun tidak
ada raut marah dari wajah ibu saya, ia malah tersenyum. Ibu saya pernah memberi
sebuah pesan kepada kami, “Jalanilah semua pekerjaan dengan cinta dan ketulusan
karena itu lebih berharga dari segalanya, dan pasti Tuhan akan memberikan yang
terbaik untuk kalian” kata-kata itulah yang pernah terlontar dari mulut ibu
saya sewaktu saya masih SMP.
Saya mempunyai 2 orang saudara yang
juga selalu memberi saya semangat selain kedua orang tua saya. Kakak saya yang
pertama bernama Leo Agung Bayu, dia sekarang kuliah di Sanata Dharma semester 7
dan adik saya yang bungsu bernama Agnes, dia baru kelas 3 SMA. Dalam keluarga
kami terdapat rasa kebersamaan yang cukup tinggi. Kebersamaan itu terlihat dari
doa bersama ketika pagi dan makan bersama ketika malam, walau kadang makanan
itu cukup sederhana.
Ketika makanan itu menunya adalah daging atau ikan, dan
lauknya itu sedikit ayah saya dan ibu saya membagi ikan itu kepada anak-anaknya
dengan adil, mereka bahkan tidak mendapatkan ikan itu karena yang mereka
peruntukkan hanyalah kami anak-anaknya. Kadang-kadang mereka hanya makan dengan
sayur dan sambal terasi saja. Setelah makan biasanya orang tua kami mengajak
kami bicara atau berbincang-bincang atau sedikit bercerita tentang pengalaman
mereka, semuanya terjalin dengan akrab dan baik. Ketika semuanya selesai ayah
kami biasanya menganjurkan kami untuk belajar, tetapi kalau kami tidak mau
belajar ayah saya tidak memaksa kami, asal jangan mengganggu orang lain yang
sedang belajar karena disini ayah saya mengajarkan kepada kami bagaimana
menghargai kebebasan orang lain dan tidak mengganggu hak milik orang lain itu
yang terpenting.
Ketika hari menjelang malam, ayah dan ibu tidak pernah
lupa mengingatkan kami untuk berdoa sebelum tidur. Dan menjelang pagi sekitar
jam 5 ibu saya sudah bangun untuk menyiapkan sarapan buat kami sebelum kami
berangkat sekolah.
Kegiatan seperti ini sudah menjadi kebiasaan dan
rutinitas kami sehari-hari. Saya meraasa sangat beruntung lahir dari keluarga
yang sederhana dan tidak berkelimpahan harta. Di keluarga kami, rasa cinta ibu
dan ayah saya sangat terasa ketika mereka membagikan kehangatan cinta itu
kepada kami lewat perhatian mereka dan kasih sayang mereka kepada kami. Pada
intinya saya merasa bahagia hidup dengan keluarga sederhana ini dan tidak
sedikitpun di dalam benak saya untuk mencari kebahagiaan di luar keluarga. Ayah
saya menjadi pedoman dalam hidup saya dan ibu saya yang selalu ada ketika saya
mengalami keraguan untuk melangkah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar