Selasa, 17 Juli 2012


Keluarga ku
 
Saya adalah anak ke 2 dari 3 bersaudara. Ayah saya bernama Ignatius Wijaya Hadi dan ibu saya bernama Fransiska Marti Sasiwi. Saya tumbuh dari keluarga yang sangat sederhana. Kedua orang tua saya bekerja sebagai guru SMA. Semua pekerjaan dilakukan orang tua saya dengan senang hati dan cinta, bahkan tidak pernah sekalipun saya dengar dari mulut mereka tentang mengeluh dalam bekerja, yang saya rasakan hanyalah bagaimana mereka dengan semangat dalam menjalani pekerjaan dan tanpa lelah agar kami anak-anaknya merasa bahagia. Ibu saya yang pekerjaannya sebagai guru swasta, setiap pagi pergi ke sekolah dengan mengendarai motor BMWnya (Bebek Merah Warna nya) itu yang sering aku dengar ketika para murid-murid SMA memberi plesetan itu kepada ibu saya namun tidak ada raut marah dari wajah ibu saya, ia malah tersenyum. Ibu saya pernah memberi sebuah pesan kepada kami, “Jalanilah semua pekerjaan dengan cinta dan ketulusan karena itu lebih berharga dari segalanya, dan pasti Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk kalian” kata-kata itulah yang pernah terlontar dari mulut ibu saya sewaktu saya masih SMP.
Saya mempunyai 2 orang saudara yang juga selalu memberi saya semangat selain kedua orang tua saya. Kakak saya yang pertama bernama Leo Agung Bayu, dia sekarang kuliah di Sanata Dharma semester 7 dan adik saya yang bungsu bernama Agnes, dia baru kelas 3 SMA. Dalam keluarga kami terdapat rasa kebersamaan yang cukup tinggi. Kebersamaan itu terlihat dari doa bersama ketika pagi dan makan bersama ketika malam, walau kadang makanan itu cukup sederhana.
Ketika makanan itu menunya adalah daging atau ikan, dan lauknya itu sedikit ayah saya dan ibu saya membagi ikan itu kepada anak-anaknya dengan adil, mereka bahkan tidak mendapatkan ikan itu karena yang mereka peruntukkan hanyalah kami anak-anaknya. Kadang-kadang mereka hanya makan dengan sayur dan sambal terasi saja. Setelah makan biasanya orang tua kami mengajak kami bicara atau berbincang-bincang atau sedikit bercerita tentang pengalaman mereka, semuanya terjalin dengan akrab dan baik. Ketika semuanya selesai ayah kami biasanya menganjurkan kami untuk belajar, tetapi kalau kami tidak mau belajar ayah saya tidak memaksa kami, asal jangan mengganggu orang lain yang sedang belajar karena disini ayah saya mengajarkan kepada kami bagaimana menghargai kebebasan orang lain dan tidak mengganggu hak milik orang lain itu yang terpenting.
Ketika hari menjelang malam, ayah dan ibu tidak pernah lupa mengingatkan kami untuk berdoa sebelum tidur. Dan menjelang pagi sekitar jam 5 ibu saya sudah bangun untuk menyiapkan sarapan buat kami sebelum kami berangkat sekolah.
Kegiatan seperti ini sudah menjadi kebiasaan dan rutinitas kami sehari-hari. Saya meraasa sangat beruntung lahir dari keluarga yang sederhana dan tidak berkelimpahan harta. Di keluarga kami, rasa cinta ibu dan ayah saya sangat terasa ketika mereka membagikan kehangatan cinta itu kepada kami lewat perhatian mereka dan kasih sayang mereka kepada kami. Pada intinya saya merasa bahagia hidup dengan keluarga sederhana ini dan tidak sedikitpun di dalam benak saya untuk mencari kebahagiaan di luar keluarga. Ayah saya menjadi pedoman dalam hidup saya dan ibu saya yang selalu ada ketika saya mengalami keraguan untuk melangkah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar